Mantan

Kali ini saya akan bercerita tentang mantan saya. Mengapa demikian? Karena saya ingin menuntaskan memories saya dan tidak akan membahasnya lagi dikemudian hari. Jadi begini kisahnya..

Ohya, sebut saja nama mantan saya adalah Azzam yaaa, jadi enak ngetiknya hehe

Jika ditanya sejak kapan saya bersama dengannya, jujur, saya pun lupa pada tanggal berapa kami mulai bersama. Yang saya ingat hanya, ternyata, sahabat saya pernah berpacaran dengan Azzam. Jujur, saya tidak tahu menahu akan hal itu. Dan ternyata (juga), Azzam baru saja putus dengan mantan kekasihnya yang lain. Jadi, dapat disimpulkan bahwa Azzam ini sebelum bersama saya, ia sempat mendua. Dunia ini sungguh kejam, tidak adil.

Jika ditanya mengapa saya mengusung tema “mantan” dalam artikel saya kali ini karna saya hanya ingin benar-benar melupakannya karna memang selama saya duduk di bangku SMA, pacar saya hanya dia. Jadi, bagaimana saya mudah untuk melupakannya sementara saya saat ini baru saja menjadi seorang mahasiswi? Oke skip. Life must go on!

Dia adalah salah satu tipe-cowo-idaman-untuk-dijadikan-pacar karena memang dia cukup sempurna. Mulai dari perawakannya yang tinggi dan berisi, english skill yang diatas rata-rata, anak rumahan, satu suku dengan saya, anak basket, baik, style berpakaiannya yang oke punya, memiliki selera musik yang sama dengan saya, dan dia anak terakhir. Bukan anak pertama. Berhubung saya adalah anak pertama jadi saya bersikeras untuk tidak memiliki hubungan dengan anak pertama karena biasanya pasti ada saja masalah-masalah besar yang akan terus membesar dikarenakan memang tingkat ego masing-masing individu terlalu kuat dan sulit untuk dijinakkan. Mari lanjut..


Iya, dia dulu segalanya untuk saya. Saya masih ingat bagaimana cara ia mengenalkan saya pada anggota keluarganya ketika saya menontonnya bertanding di DBL Surabaya, bagaimana cara ia mengajak saya makan di fast food dekat sekolah, bagaimana cara ia ngambek, bagaimana cara ia merasa takut saat saya tinggalkan ia ke China selama 2 minggu, dan lain sebagainya.

Jika ditanya cerita mana sajakah yang akan saya kupas kali ini, mungkin hanya beberapa namun percayalah, saya masih menyimpan sejuta cerita tentangnya dalam memori namun sungguh, saya ingin benar-benar melupakannya dan membuka cerita baru dengan yang baru juga. Saya ingin ia bahagia karna saya tau ketika saya melihat orang yang pernah dekat dengan saya merasa bahagia maka sudah tentu saya pun akan bahagia.

Cerita pertama..
Karna di post sebelumnya bercerita tentang my first trip to China and Hongkong, maka kali ini saya akan bercerita bagaimana lucunya kisah kami saat itu..
Beberapa hari sebelum hari keberangkatan, ia bersikeras tidak akan menghubungi saya selama saya disana. Ia bersikeras untuk cuekin saya. Ia bersikeras untuk menganggap saya tidak ada. Ia bersikeras tidak akan menghubungi mantan-mantannya untuk mengisi hari-harinya yang sepi (eaaaaaaaa), dan sebagainya. Namun saya tau itu hanya akal-akalannya saja agar saya tidak jadi berangkat. Gila ya kamu, Ayahku udah bayar tapi masa iya hanya karna kamu bertingkah seperti ini lalu aku tidak jadi berangkat? Edan.

Malam pertama, kedua, ketiga, keempat, kelima di China.. kami tersiksa karena biaya sms antar negara sangat mahal. Walaupun ada koneksi wifi di hotel, saya tetap tidak bisa menggunakannya karna saat itu saya berlangganan paket blackberry yang tidak full service. Berbeda dengan teman-teman saya yang lain yang dengan lancar update foursquare disana-sini sesuka hati. Bebas twitteran dengan location from Guangzhou atau di kota-kota lain. Sungguh ironisnya saya. Wkwkw untung saja saat itu belum ada Path, jika ada, sudah dipastikan timeline Path saya penuh dengan share location dari teman-teman dan hanya saya yang tidak share location. Begitu. Yha. Begitu.

Pada malam ke delapan, seperti biasa saya bercerita padanya tentang kegiatan apa yang saya lakukan pada hari itu, dan seperti biasa juga.. saya meminimum-kan character saat sms karna memang jika jumlah character lebih dari 1 halaman akan dikenakan biaya tambahan. Sedih sih kalo diceritain. Dan seperti biasa juga, ia selalu insecure. Dan tidak sengaja.. koneksi wifi hotel nempel di hp saya. WOW! Antara ingin jingkrak-jingkrak, guling-guling, salto secara bersamaan. Dan hal pertama yang saya lakukan adalaaaaaaaaaaaah... buka twitter! Iya, buka twitter. Langsung stalking akun mantannya Azzam. Namanya Putri. Dan Putri dalam beberapa hari terakhir memposting tweet tentang Azzam yang mendekatinya lagi dan ia tidak mengerti mengapa hal itu terjadi. Intinya seperti itu. Pokoknya, seperti itu ya. Dan yang bikin saya shock adalah tweetnya yang berkicau seperti ini, "Diajak balikan, padahal dia sudah punya pacar. Kasian banget sih pacarnya cuma dijadiin pelarian". Bete? Iya. Ingin ajak Putri tarung smack-down? Iya. Ingin mati? Iya. Ya Allah.. JAHAT BANGET SIH PACARKU INI! . Ya, percaya tidak percaya.. wanita lebih mempercayai apa yang ia temukan.. bukan percaya pada apa yang ia percayai.

Seketika itu juga, saya langsung mengirim sms pada Azzam dengan catatan kaki, saya marah padanya dan tidak akan mau memberi ia kabar. Titik. Dan setelah itu apa yang terjadi? Iya, kami bertengkar hingga berhari-hari. Memang seperti anak kecil, tapi kami tetap berkomitmen serius. Reader percaya akan hal ini, kan?

Cerita kedua..
Ia satu-satunya pacar yang saya kenalkan pada Alm. Ayah saya. Sedikit membanggakan memang, karna ketika Ayah dan Mama saya mengizinkan saya untuk berpacaran.. esok harinya saya mengajak Azzam ke rumah untuk dikenalkan pada Ayah dan Mama hahahaha. Mungkin sebagian orang berfikiran bahwa 'wah ngebet banget sih masa masih baru pacaran udah dikenalin ke orang tuanya?' 'ih gitu banget sih, belum juga bertahun-tahun masa iya udah ngenalin pacar ke orang tua?' dan pertanyaan-pertanyaan kritis lainnya yang saya hiraukan. Menurut saya justru bagus ketika remaja berani mengenalkan dan dikenalkan pada orang tuanya atau dan orang tua si pacar. Hal itu menandakan bahwa tingkat keseriusan dua remaja ini sudah jelas terlihat dan tidak akan terjadi hubungan backstreet. Dan sebagai orang tua juga bisa memantau anaknya secara langsung. Bukan begitu? Memang, Ayah dan Mama saya menjunjung tinggi rasa demokratis yang telah tertanam dalam jiwa mereka sejak dahulu kala. Dan rasa demokratisnya itulah yang melekat hingga saat itu, membebaskan saya pacaran dengan kalangan manapun. Karena, jujur. . saya merasa iba ketika ada beberapa teman saya yang bercerita pada saya perihal orang tua mereka yang tidak menyetujui hubungan mereka dikarenakan rumahnya berada dikawasan tidak elite, berpakaian kurang rapi sedikit saja terkadang sudah diusir oleh orang tua teman saya tersebut, dan masalah-masalah sepele lainnya yang selalu saja membesar. Ya, begitulah. Orang tua dalam perihal apapun selalu benar, jika orang tua salah.. anggap saja beliau-beliau ini benar. Begitu hukum alamnya.

Azzam dan Ayah saya berbincang-bincang akan banyak hal dan sengaja saya tinggalkan Azzam berdua dengan Ayah saya. Dua orang tampan ini berbincang-bincang tentang isu internasional terkini, pemerintahan SBY, bahasa inggris, olahraga, dan yang terakhir.. latar belakang Azzam. Saya sempat mengintip pembicaraan tersebut dan sangat terlihat bahwa ia cukup grogi dan berkeringat selama berbincang dengan Ayah saya. Maklum, Ayah saya kan bersahaja <3

Singkat cerita, kami berbuka puasa bersama di Grand City Mall, Surabaya. Banyak hal yang kami lakukan, seperti makan beberapa makanan sekaligus karena memang ini suatu pencapaian terbaik bagi kami karena orang tua saya memberi saya izin untuk ngedate. Dan sebelum pukul 8, ia mengantar saya pulang dan hari itu cukup membuat saya bahagia. Sangat bahagia. Sangat amat. Alhamdulillah..

Setahun pun berlalu.. Azzam ini memang tidak terlalu sering berkunjung ke rumah saya karena memang Mama saya selalu ikhlas untuk mengantar dan menjemput saya saat sekolah dan kursus persiapan UN. Dan yang harus digaris-bawahi adalah.. pacar saya ini juga kursus ditempat yang sama dengan saya. Dan kami sekelas. Tapi terkadang yang membuat saya jengkel adalah ketika Azzam sangat-amat-malam memberi saya kabar ketika ia latihan basket dengan timnya sehingga ketika saya menunggunya di tempat kursus, saya seperti di php gitu deh. Teganya teganya teganyaaaaaaa

Sejak pertemuan Ayah dan Azzam saat itu, Ayah semakin intensif memberi saya pengetahuan mengenai hubungan yang terjalin dan juga bagaimana cara menjaga diri jikalau hal buruk akan terjadi pada saya, dan lain sebagainya. Saya cinta Ayah saya! Merdeka!

Cerita Ketiga..
Orang-orang selalu berfikiran bahwa kami adalah pasangan yang cocok. Terkadang saya tidak berfikir demikian. Karena jikalau Reader telaah lebih jauh, ternyata Azzam inilah yang lebih kekanak-kanakkan dibandingkan dengan saya. Ia sungguh sangat amat manja banget banget banget. Segala hal minta dituntun, segala hal minta diberi saran, jika tidak dituruti langsung ngambek. Ohya, dia juga pemarah dan tidak sabaran. Mungkin beberapa hal tersebut yang tidak pernah terlihat secara kasat mata, namun kekurangan-kekurangan inilah yang mampu ia tutupi dengan kelebihan-kelebihannya. Ohya, di cerita ketiga kali ini saya akan membahas tentang overprotektifnya Azzam, yaaa

Iya, dia memang sangat overprotektif dalam menjaga saya. Saya tidak tahu alasan logisnya, namun saya tahu bahwa memang ia menyayangi saya dan hanya dengan cara itulah ia menjaga saya agar saya tidak kemana-mana. Hmmm, mungkin kasarannya seperti itu..

BERIBU-RIBU KALI, sikap overprotektifnya membuat saya tersiksa. Fyi, saya tidak punya terlalu banyak teman lelaki ketika di SMA. Hal itu terjadi karena memang saya dibatasi untuk kontak dengan lawan jenis. Live or via text, pokoknya ia membatasi saya dalam segala hal. Tersiksa memang, tapi yang namanya sayang.. mau bagaimana lagi?

Acap kali saya diajak ngobrol oleh teman lelaki, selalu saya hiraukan. Merasa berdosa? Iya jelas. Mereka tidak salah apapun tetapi saya justru menghiraukan mereka saat berbicara. Kejam? Sepertinya begitu.. namun saya tidak yakin juga sih hehe.

Tetapi dengan begini, saya jadi tahu mengapa ia begini. Karena ia telah kehilangan Putri yang mungkin penyebabnya adalah Putri bersama yang lain maka Azzam ini bersikeras untuk menjaga saya. Bisa jadi sih seperti itu..

Lucunya, tiap kali Azzam jauh dari pandangan mata.. saya menyempatkan diri untuk mengobrol santai dengan teman lelaki. Entahlah, mungkin karena feeling berkata bahwa 'kamu bisa saja tidak selamanya dengannya.. jalinlah percakapan dengan lelaki lain', maka saya berani untuk lepas sejenak dari kekangan.


Cerita keempat..
Azzam memang anak basket, tetapi jika ditanya 'berapa kali kamu menonton pacarmu bertanding?' saya akan menjawab dengan lantang "kurang dari 5 kali". SUMPAH SUMPAH SUMPAH, memang beginilah yang terjadi. Percaya atau tidak, memang saya adalah tipe orang yang kurang suka berada di sebuah keramaian untuk menyaksikan suatu pertunjukkan atau pertandingan. Mungkin udah bawaan dari lahir ya, iya mama saya melahirkan saya disebuah klinik dan ditangani oleh seorang bidan ternama di Surabaya semasa itu. Jadi, namanya klinik ya.. sudah pasti sepi suasananya. Maka dari itu, saya menyukai suasana sepi dibandingkan dengan yang ramai. Hahahahahahaha

Tiap kali Azzam memberi saya tiket masuk untuk menontonnya bertanding, saya selalu menolak dan mungkin karena itulah.. saya jadi kecolongan. Ingatkah anda dengan Putri? Iya, mantannya Azzam itu lho.. Nah, jangan salah.. Putri ini adalah salah satu penonton setianya Azzam acap kali Azzam bertanding. Mengapa saya mengetahui hal tersebut? S T A L K I N G. Hahaha, stalk too much terkadang bikin saya lupa diri. Rasa-rasanya pacar saya adalah Putri, bukan Azzam. Saking intensnya saya stalking accountnya Putri.

Oke back to topic..
Jadi, gini ceritanya.. klimaksnya nih ya, saat tanggal 18 Mei 2012.. Azzam bertanding basket di DBL dan singkat cerita.. tanggal 19 adalah tanggal jadian Azzam dengan Putri. Dan bodohnya, Putri tweet foto + caption yang menyatakan bahwa Azzam bertemu dengannya dan mengucapkan selamat hari jadi mereka yang kesekian tahun secara langsung + senyum. Nyesek? Iya. Mengapa saya percaya? Karena memang seingat saya saat itu Putri memposting foto tulisan tangan Azzam yang isinya 'selamat hari jadi yang ke-xx bulan ya Put. Maaf' atau bagaimanalah gitu susunan kalimatnya. Lupa. Tapi yang jelas, hal tersebut cukup membuat saya ngambek tujuh hari tujuh malam karena saya seperti tidak dianggap olehnya. Okesip. Aku bete. Huh

Eh eh eh, tapi jangan salah.. sekalinya Azzam bertanding, saya langsung dikenalkan dengan keluarganya hehe. Dan kami sempat berfoto bersama. Namun, karena memang telah terhapus oleh waktu, foto tersebut hilang entah kemana hehe. Mungkin foto tersebut hilang bersama kenangan yang telah memudar. Sangat terlihat bahwa saya adalah mungkin salah satunya perempuan yang mampu mengambil hati Ibunya Azzam. Dan tanpa disangka juga, semua keluarganya welcome dengan saya dan semenjak itu, kami bertukar pin bbm untuk mengobrol lebih lanjut lagi. Hubungan saya dengan Ibunya Azzam sudah seperti kakak-adik-zone gitu tapi bedanya, kalau saya dengan Ibunya pacar adalah Ibu-anak-zone. Karena memang saudara kandung Azzam tidak ada yang perempuan jadi, Ibunya sangat menyayangi saya. Begitupun saya kepada Ibunya Azzam.

Dan tiap kali pengambilan rapot, saya bertemu dengan Ibunya Azzam. Dan saya sangat hormat pada beliau seolah-olah beliau adalah orang tua saya juga. Yaaa karna dulu saya berfikir bahwa orang tuanya Azzam adalah orang tua saya juga, karna kan saya dengan Azzam akan menikah sehingga otomatis beliau-beliaunya akan menjadi orang tua saya juga. Begitu hehe..

Ohya, jika kita telik lebih dan lebih.. agaknya saya menyesal telah berkenalan dengan keluarganya Azzam. Pada kenyataannya, hubungan kami kandas dan hal tersebut cukup merusak tali silaturahmi antara kami semua. Patut disayangkan, namun saya yakin akan ada banyak hal positif yang akan menghampiri kami berdua walaupun kami tidak bersama lagi..



Cerita kelima..
19 Mei -satu hari sebelum saya berulang tahun- beberapa tahun yang lalu, Ayah saya memberi saya hadiah berupa kamu-boleh-mengundang-beberapa-teman-untuk-makan-bersama-di-restoran-yang-kamu-mau-tapi-jangan-ditempat-yang-mahalmahal-banget-ya.

Oke, dengan seizin Ayah.. saya pun mengundang beberapa teman dekat untuk makan bersama di WAPO dan saya juga mengundang Azzam dalam event bersejarah tersebut. Maklum, saat itu usia saya 17 tahun.. agar jadi anak yang kekinian maka kami berfoto-foto ria. As soon as possible saya akan memposting foto-foto tersebut di artikel ini. Sabar yaa hehehe

Dan, keesokan harinya, Azzam berkunjung kerumah dengan membawa black forest made in-nya toko roti favorite saya. Waktu itu Hari Sabtu dan Ayah saya adalah tipikal orang yang wajib bangun pagi saat weekend jadi otomatis tidak hanya saya dan Azzam yang merayakan ulang tahun dipagi hari tersebut, tetapi Ayah, Mama dan adik-adik saya pun ikut andil dalam hal ini. Sungguh bahagianya saya, terima kasih Allah engkau telah memberi saya kesempatan untuk hidup dan dikelilingi oleh orang-orang yang menyayangi saya. Terima kasih ya Allah.. Alhamdulillah..

Seperti biasa, kami berfoto-foto dan saya menguploadnya di instagram. Iya, saat itu instagram sudah mulai trend dan koleksi foto saya diinstagram saat itu cukup banyak dan hanya berkaitan dengan dua hal yaitu: keluarga saya dan Azzam Kasian. Gak punya temen. Kasian. Kasian gak sih? Kasian aja dong..

Jika ditanya kado apa yang diberikan oleh Azzam, jujur.. saya lupa. Semua ini terjadi karena faktor umur hehe minal aidzin wal faidzin mohon maaf lahir dan batin ya hehehe

Dan semenjak hari itu, saya semakin sayang Azzam. Entah bagaimanapun tingkah lakunya, sifatnya, tetapi saya tetap menyayanginya (saat itu). Gitu..

Ohyaaaaaaa.. jika dicermati, saya lahir lebih dulu dibandingkan Azzam. Faktanya memang saya lebih tua daripada dia. Azzam lahir bulan September sementara saya bulan Mei hehe jadi harap maklum jikalau memang Azzam belum mengerti apa itu arti setia. Eits, bukan setiap tikungan ada lho yaa hahaha

Kesempurnaan itu memang ada jika kita yang merangkainya, kita tidak bisa menuntut kesempurnaan itu pada siapapun. Karena menurut saya definisi kesempurnaan adalah ketika dua orang saling berusaha untuk melengkapi guna menutupi kekurangan pasangannya. Kesempurnaan itu nyata jika memang diciptakan oleh orang yang memiliki jiwa yang tulus dalam menjalani hidup seperti mencintai dan menyayangi orang lain dalam hal apapun. Sekali lagi, kita tidak bisa menuntut kesempurnaan. Karena kesempurnaan adalah kekurangan yang berhasil untuk ditutupi oleh kelebihan.

Terkadang kita menganggap orang lain sempurna namun tanpa kita sadari, kitapun memiliki kesempurnaan itu. Kesempurnaan dalam versi yang berbeda. Kesempurnaan yang ada akibat dari kepribadian, tingkah laku, dan goals. 


Cerita keenam..
Ayah saya wafat. Iya, superhero saya. Superhero pertama saya. Cinta pertama saya. Orang tertampan nomor 1 di dunia, wafat. Ayah saya telah wafat. Saya ingat betul hari itu. Tertanggal 28 Agustus 2014 hari Jum'at sekitar pukul 18 lebih. Rasanya seperti tidak percaya hal ini terjadi. Kami (mama, saya dan adik-adik) belum bertumpu pada orang lain selain pada Ayah. Linglung. Pikiran kosong. Sedih sekali. Yang saya lakukan saat itu hanya memarahi jasad Ayah. Saya berkata mengapa secepat ini Ayah pergi? Saya belum wisuda sarjana, saya belum menikah, dan saya belum bekerja! Ayah! Mengapa Ayah pergi secepat ini? Kami belum siap! Ayah! Ayah!

Tanpa sadar saya diluar kendali saat itu hingga paman saya menahan saya untuk tidak terus memukul-mukul tangan Ayah dan ranjang rawat Ayah, saat itu yang bisa saya lakukan hanya meratapi jasad Ayah yang mulai dingin dan wajah Ayah yang tidak pucat melainkan cerah. Sungguh, Ayah tersenyum. Dan saat itu juga, Azzam menelfon via line dan mengucapkan bela sungkawa. Fyi, Ayah wafat ketika kami sekeluarga telah pindah ke Depok dan Ayah dirawat selama beberapa hari di RS. Siloam TB Simatupang dengan sakit komplikasi yang Ayah rasakan. Jantung, paru-paru, hati dan stroke merupakan empat penyakit dengan level tertinggi yang Ayah perjuangkan selama beberapa waktu terakhir.

Azzam cukup lama menelfon saya guna membuat saya tegar dalam menjalani cobaan terberat dalam hidup ini. Azzam cukup mengetahui bagaimana Ayah, jadi tidak heran jika Azzam menjadi orang pertama yang menelfon saya untuk memberi semangat. Selain Azzam, sahabat saya yang sekaligus mantan Azzam, pun menelfon saya. Saya sungguh salut pada dua orang ini, Mereka dua orang yang sangat serasi menurutku. Iya, serasi. Iya... si. Serasi.

Dan hari demi hari pun berlalu, saya dan Azzam masih keep contact tapi tidak berlangsung lama. Mungkin Azzam lelah menghadapi saya yang bersikeras untuk tidak akan bersamanya lagi setelah sekian lama kami telah berpisah. Mungkin ini satu-satunya perjuangan yang ia lakukan seumur-umur demi seorang perempuan.. karena tumben, ia tidak berpacaran dengan perempuan lain setelah putus dari sebuah hubungan. Jikalau kita meniti satu persatu history percintaannya dia, sudah dipastikan dia cukup playboy dalam berhubungan. Namun entah mengapa kali ini ia betah untuk sendiri. Dan setau saya, hingga saat ini, ia masih sendiri. Hmm.. saya pun begitu. Saya masih sendiri. Kami masih sendiri. Mungkinkah kami kembali merajut cinta? Oh sepertinya tidak, karena saya yakin.. bahwa menjalin kasih dengan masa lalu sama halnya dengan membaca sebuah buku yang telah rampung kita baca, sudah tau bagaimana endingnya. Begitu.

Seketika memori saya kembali menerbitkan apa yang telah saya usahakan untuk tidak saya ingat. Semua tentangnya. Iya, saya memang sudah move on.. percayalah. Namun menurut saya, tidak ada kenangan yang dapat dihilangkan. Tidak ada. Yang ada hanyalah perjuangan kita untuk menata hidup dengan lebih baik dan berkaca pada kenangan masa lalu. Istilah asiknya teh belajar dari masa lalu.

Tahukah Reader apa yang menjadi penyebab saya tidak lagi diperjuangkan oleh Azzam?


Cerita ketujuh..
Saat itu Ayah dan Mama saya sangat berharap agar saya bisa lolos seleksi perguruan tinggi negeri pada tahun 2014. Namun tanpa disadari, saya sebagai subyek merasa tidak mampu untuk mewujudkan hal tersebut dikarenakan memang kemampuan saya kurang dalam beberapa mata pelajaran. Seperti matematika. Iya matematika. Hanya matematika-lah yang muncul di mata kuliah jurusan apapun. Hanya matematika. For your info, saat Ujian Nasional SMA.. Saya ingat betul lokasi duduk saya. Saya duduk di paling belakang namun sejalan dengan pintu keluar kelas. Dan saya menangis saat mengerjakan soal Matematika. Mengapa demikian? Karena saat itu soal-soal ujian nasional yang kami-para-pelajar-SMA-kerjakan tingkat kesulitannya tinggi dan sesuai dengan standarisasi Internasional. Dan kami adalah angkatan pertama yang mencicipinya. Good!

Tanpa disengaja.. saya dan Azzam mengerjakan soal Ujian Nasional diruangan yang sama. Padahal, huruf depan nama kami terpaut jauh yakni 3 huruf hehe. Huruf A ke huruf D. Nice info, kan? Dan dia duduk di bagian depan, dekat dengan pengawas. Hmmm pasti perasaannya tidak karuan, saya jamin kebenarannya..

Dan hari demi hari pun kami para pelajar SMA yang sudah tua ini berlalu.. Ujian Nasional pun telah kami lalui dengan hati yang riang gembira. Yang paling saya ingat adalah saat saya mengerjakan soal Matematika. Percayalah, saya menangis saat mengerjakannya. Karena memang soal-soal matematika seperti itu tidak pernah saya temukan sebelumnya (atau mungkin saya yang tidak pernah mencoba untuk practice soal-soal matematika?). Disekolah saya, siapa yang mampu mendapatkan nilai 100 dalam Ujian Nasional kali ini? Tidak ada, kan? Hmm mengapa demikian? Hmm baiklah, ini sebuah misteri.

HARI TERAKHIR UJIAN NASIONAL PUN USAI. Wheew. Saya lupa mata pelajaran apa yang diujikan dalam Ujian Nasional saat itu. Saat itu saya hanya berpasrah pada Allah swt agar saya lulus UN dengan nilai yang memuaskan. Aamiin. Eh tapi mengapa saya belum bercerita mengenai Azzam ya dalam chapter ini? Hehe lupa.

Azzam tidak alay, tidak seperti anak lain yang berusaha memposting segalanya ke social media. Azzam realistis, dia selalu menyadari bagaimana kemampuannya dan ia pastikan untuk memilih jalan guna mengukir kesuksesannya dengan kemampuannya yang tidak terlalu WOW! itu.. Azzam pelit karna saat Ujian Nasional tidak menoleh ke arahku untuk memberikan jawaban (padahal sudah jelas bahwa tipe soal dalam satu ruangan semuanya berbeda). Azzam rakus karna seusai Ujian Nasional, ia 'balas dendam' makan semua makanan yang full of sambal. Saya jamin, ia pasti sakit perut. Untung saja Ujian Nasional telah usai.. Untung. Orang Indonesia mah ada musibah saja masih mampu menggunakan kata 'untung' dalam tiap kalimat yang diucapkan. Hmm.. perlu diubahkah?

Kami sama-sama penggila duren. Duren yang bagi sebagian orang adalah buah yang menjijikan, namun bagi kami Duren itu enak banget. Apalagi jika ditambah dengan ketan putih dan santan. Hmmmmmmmm yummy! Kami memakan ketan duren di hari terakhir kami memakai seragam putih abu-abu. Yaaaaaaak, lengkap sudah rasa bahagia ini.

Singkat cerita, saya berpamitan dengan Azzam karena mulai esok saya sudah berada di asrama. Asrama khusus bimbingan intensif guna siap menjalani SBMPTN. Biaya yang dikeluarkan Ayah cukup besar yaitu sekitar 6 juta (mungkin, kalau saya tidak salah) dan saya sangat amat menyesal terhadap diri sendiri mengapa setuju dengan keinginan ayah perihal mengikuti bimbingan intensif tersebut. Tapi saya tahu bahwasanya Ayah ingin memfasilitasi saya agar saya berhasil meriah impian saya, lolos seleksi Perguruan Tinggi Negeri ditahun 2014. Hmm.. Ohya, lanjut. Azzam sedikit tidak terima atas ketidaknyamanan yang saya timbulkan (re: pamit mengikuti bimbingan intensif SBMPTN di Asrama) karena memang selama di Asrama, gadget tidak disita hanya saat pukul 06.00 - 07.00 dan pukul 21.00 - 22.00. That's all. Awalnya, ini terasa sulit bagi kami berdua.. namun semakin lama saya merasa mulai terlatih dan terbiasa untuk tidak bergantung pada Azzam. Tapi saya tidak memikirkan bagaimana perasaan Azzam. Lagipula, ini kan demi masa depan saya. Bukan masa depan Azzam. Bukankah begitu? Terima kasih Bimbingan Intensif!:)

Dan selama  mengikuti bimbingan intensif inilah saya mulai berulah....


Cerita kedelapan..
Selama bimbingan intensif SBMPTN di Asrama, saya mulai percaya dengan pepatah "witing tresno jalaran soko kulino". Mengapa oh Mengapaaa?

Saya bebas berteman dengan siapa saja selama di Asrama, bak peliharaan yang dilepas oleh pemiliknya. Terbang kemana-mana dan sengaja melupakan war zone yang selama ini disinggahi. Di intensif ini, saya bertemu banyak teman-teman baru yang berasal dari luar Surabaya. Seperti Bontang, Bima, Palembang, Bandung, Maluku, dan daerah lainnya. Disadari atau tidak, culture antar daerah pun sedikit berbeda maka cukup jelas terlihat bahwa adanya suatu titikberat aka puncak kemiripan culture. Entah apapun itu, saya rasa hal tersebut ada karena saya merasakannya selama di Asrama.

Tiap kali gadget saya genggam, saya hanya menghubungi Azzam dan kedua orang tua saya. Selebihnya, saya tidak twitteran dan sebagainya. Namun semua berubah ketika saya mulai lelah dengan Azzam. Semua tentang Azzam, saya lelah akan hal itu. Lelah. Sangat lelah. Tanpa disengaja, saya dekat dengan teman semasa SMP-nya Azzam. Namanya Rio. Entah bagaimana asal muasalnya, saya yang saat itu masih menjalin hubungan dengan Azzam tiba-tiba saya ditelfon Azzam dan dia berbicara dengan nada suara agak tinggi (re: yang menandakan ia sedang marah akan suatu hal). Ada apa ini? Apa salahku?!!

Ternyata Azzam tau bahwa saya berteman dengan Rio, teman masa kecilnya. Ia sangat marah dan ngambek beberapa hari namun saya hiraukan. Karena memang saya sudah lelah. Namun jika Reader menebak bahwa saya akan memiliki hubungan dengan Rio, itu salah besar. Karena saya dekat dengan Rio bukan karena saya dan Rio ada apa-apa.. melainkan karena Rio menyukai teman satu kamar saya yang tidak disangka-sangka.. telah punya guguk (re: pacar) maka dari itu kami dekat dan saling curhat.

Ahmad. Entah mengapa dia salah satu teman di Asrama yang bisa dibilang prestasi tryoutnya cukup gemilang. Ia sangat ingin lolos seleksi di Institusi Sepuluh November Surabaya (ITS). Dan dia berasal dari SMAN yang favorit di Surabaya. Top 5 SMAN favorit di Surabaya gitu deh istilahnya. Oke, lanjut.. dan entah mengapa saya sedikit menyukainya. Menyukai dalam artian ingin seperti dia, bukan hal lain. Namun karena memang saya adalah tipikal orang yang mudah penasaran akan segala hal dan entah bagaimana saya harus menemukan jawaban atas rasa penasaran saya tersebut, maka saya dekati Ahmad. Dan saya tidak tau bahwa Ahmad juga telah memiliki pacar yang hobi mengekang seperti yang dilakukan oleh Azzam pada saya. Mungkin dari kesamaan nasib itulah kami menjadi dekat, belajar bersama dan tidak sengaja juga kami sekelas. Wheew. Suatu track record terbaik di musim ini!

Saya mengerti dengan kegalauan hati, saya tidak ingin mempermainkan perasaan Azzam yang selama ini telah saya jaga dan saya perjuangkan. Saya tidak ingin menyakiti Azzam. Saya tidak ingin memberi pengaruh buruk terhadap Azzam. Oke, saya harus putus dengan Azzam.

Beberapa hari setelah saya berulang tahun ke 18 tahun, saya memutuskan untuk tidak berhubungan lagi dengan Azzam. Memang saat itu yang bisa saya lakukan hanyalah mengirim text padanya dan langsung mematikan handphone dikarenakan memang jadwal tanpa gadget mulai berlaku lagi (pukul 07.00). Dan pada malam harinya ketika saya membuka pesan di handphone.. Azzam terus-terusan memohon pada saya untuk mempertahankan hubungan ini. Namun saya telah bersikukuh untuk berpisah dengannya. Karena memang saya lelah menghadapinya. Sangat lelah. Lelah..

Dan singkat cerita, Ahmad pun memutuskan untuk tidak berhubungan lagi dengan pacarnya. Kita sebut saja dengan nama Hasna. Keesokan hari setelah Hasna diputusin oleh Ahmad, Hasna ke Asrama dan sudah mengendus akan penyebab rusaknya hubungan ini. Sempat ada pertengkaran hebat antara Hasna dengan Ahmad di ruang tamu Asrama. Begini dialognya..

Oh aku tau sekarang, jadi kamu lebih pilih Rara (saya lupa asal muasal mengapa saya dipanggil Rara di Asrama) daripada aku? Aku yang selama ini berjuang sama kamu. Aku juga ya yang harus kamu lepasin? Kenapa kamu gak mikir banget sih gimana perasaan aku ke kamu selama ini? Otak kamu ketinggalan dirumah? Hati kamu dimana, Mad? DIIIMAAANAAAA?!!

Na, bukan gitu. Iya aku pilih Rara. Maaf, Na. Makasih ya

TERSERAH! KAMU EMANG GAK NGOTAK!

Na, udah ya. Cukup. Malu, na..

LEBIH MALU SIAPA? AKU ATAU KAMU? WONG UDAH JELAS-JELAS KAMU YANG SALAH, YA BERARTI TERSERAH AKU SEKARANG MAU NGAPAIN

Asli, udah seperti menonton serial sinetron namun bedanya ini secara live. Seru memang, tapi saya ada perasaan bersalah. Tersirat akan rasa bersalah yang amat dalam. Sungguh, saya tidak munafik. Saya malu berada dalam posisi seperti ini.

Singkat cerita, Azzam terus saja berusaha menghubungi saya, sesekali ia berkunjung ke Asrama namun ia selalu tidak tepat waktu karena jam berkunjung Asrama telah usai.

Hingga saat ini, saya dan Azzam telah lama tidak saling mengirim text. Dia block akun line saya, dan saya mengerti akan alasan mengapa ia begitu. Nomer Azzam ganti, pin bbmnya sudah tidak ada lagi di kontak bbm saya, path dan instagram kami sudah tidak berteman sejak lama. Dengan begini saya jadi mengetahui bahwasanya ternyata cowok kalau berusaha move on, segininya ya. Seberjuang ini ya rupanya. Saya heran. Itu saja..

Dan harapan saya, setelah artikel ini saya post.. saya berharap akan kebahagiaan yang baru. Terlepas dari kenangan dengan Azzam, saya ingin kebahagiaan yang baru. Memang, definisi bahagia itu sangatlah luas, setidaknya.. bahagia yang cukup membuat saya bahagia. Itu saja.

Terima kasih Azzam, kini kita berusaha untuk meniti karir masing-masing dan semoga dilain waktu kita bisa bertemu guna sharing perihal perusahaan yang kita kelola. See you on top, Zam!

Terima kasih yaa Reader telah bersedia membaca postingan saya ini, saya beserta kru yang bertugas pamit undur diri. Wabillahi taufik wal hidayah, wassalamualaikum warrohmatullahi wabarrokatuh.

diandrasav

Phasellus facilisis convallis metus, ut imperdiet augue auctor nec. Duis at velit id augue lobortis porta. Sed varius, enim accumsan aliquam tincidunt, tortor urna vulputate quam, eget finibus urna est in augue.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar