MANAJEMEN
KEUANGAN 2
DISUSUN
OLEH :
1. Aliza
Permata Sari (20214871)
2. Diandra
Savira Fitri (23214020)
3. Dilla
Gustiana (23214081)
4. Firdi
Reza Farabi (24214267)
5. Iswoyo
Hari Supada (25214533)
6. Nur
Laily Fathul Jannah (28214177)
Kelas 2EB25
UNIVERSITAS
GUNADARMA
FAKULTAS
EKONOMI JURUSAN AKUNTANSI
ATA
2015/2016
1.
Definisi Resiko dan Hasil pada Asset
·
Resiko adalah suatu peluang terjadinya
kerugian atau kehancuran. Dalam industry keuangan pada umumnya, terdapat suatu
jargon “high risk bring about return”
·
Resiko dasar adalah the mismatching of
interest rate bases for associated assets and liabilities. Sehingga secara umum
resiko dapat ditangkap sebagai bentuk keadaan yang akan terjadi nantinya dengan
keputusan yang diambil berdasarkan suatu pertimbngan
·
Resiko dan Return adalah kondisi yang
dialami oleh institusi dan individu dalam keputusan invesasi: kerugian maupun
keuntungan dalam suatu periode akuntansi. Hubungan antara resiko dan return
yaitu bersifat linear atau searah.
o
Semakin tinggi tingkat pengembalian maka
resiko semakin tinggi pula.
o
Semakin besar asset yang kita tempatkan
dalam keputusan investasi maka semakin besar pula risiko yang timbul dari
investasi tersebut
o
Kondisi linear hanya mungkin terjadi
pada pasar yang bersifat normal
2.
Resiko-resiko Terhadap Bisnis
·
Menurut sifatnya, terdiri dari :
a. Resiko
Murni, resiko yang terjadi pasti akan menimbulkan kerugian dan terjadinya tanpa
disengaja.
b. Resiko
Spekulatif, resiko yang sengaja ditimbulkan oleh yang bersangkutan agar
memberikan keuntungan bagi pihak tertentu.
c. Resiko
Fundamental, resiko yang penyebabnya tidak bisa dilimpahkan kepada seseorang
dan menderita cukup banyak.
d. Resiko
Khusus, resiko yang bersumber pada peristiwa yang mandiri dan umumnya diketahui
penyebabnya.
e. Resiko
Dinamis, resiko yang timbul karena perkembangan dan kemajuan masyarakat
dibidang ekonomi, ilmu pengetahuan, dan teknologi.
·
Menurut dapat tidaknya resiko dialihkan
kepada pihak lain (diasuransikan), terdiri dari :
a. Resiko
yang dapat dialihkan pada pihak lain, dengan mempertanggungkan suatu obyek yang
akan terkena resiko pada perusahaan asuransi.
b. Resiko
yang tidak dapat dialihkan pada pihak lain
·
Menurut sumber atau penyebab timbulnya,
terdiri dari :
a. Resiko
Intern, resiko yang berasal dari dalam perusahaan itu sendiri.
b. Resiko
Ekstern, resiko yang berasal dari luar perusahaan.
3.
Penggunaan-penggunaan Distribusi Probabilitas untuk
Pengukuran Bisnis
4.
Jelaskan Definisi dari Biaya Modal
1.1 Pengertian Biaya Modal
Biaya
modal (Cost of Capital) adalah biaya riil yang harus
dikeluarkan oleh perusahaan untuk memperoleh dana baik yg berasal dari hutang,
saham preferen, saham biasa, dan laba ditahan untuk mendanai suatu investasi
atau operasi perusahaan.
Penentuan
besarnya biaya modal ini dimaksudkan untuk mengetahui berapa besarnya biaya
riil yang harus dikeluarkan perusahaan untuk memperoleh dana yang diperlukan.
1.2 Cost of
Retained Earning
Biaya modal yg
terjadi jika laba ditahan (LD) digunakan untuk reinvestasi di perusahaan ybs,
biaya tsb sebesar tingkat keuntungan investasi (rate of return) yang
diisyaratkan diterima oleh para investor.
Jika ”LD” diinvestasikan
pada perusahaan lain akan memproleh keuntungan yang besarnya sama dg keuntungan
jika perusahaan reinvestasi sendiri ”LD” tsb.
• Biaya modal
dihitung berdasarkan biaya untuk masing-masing sumber dana (biaya modal
individual).
• Namun, jika
perusahaan menggunakan beberapa sumber modal maka biaya modal yang dihitung
adalah biaya modal rata-rata tertimbang dari seluruh modal yang digunakan.
• Biaya modal
rata-rata tertimbang ini disebut dengan ”weight average cost of
capital” (WACC).
• Konsep biaya
modal erat kaitannya dg konsep tingkat keuntungan yg disyaratkan(required
rate of return) yg dapat dilihat dari 2 sisi yaitu investor &
perusahaan.
• tinggi
rendahnya required rate
• Sisi
investor, of return mrp tingkat keuntungan (rate of
return) yg mencerminkan tingkat risiko dari aktiva yang dimiliki.
• Sisi perusahaan
yg menggunakan dana (modal), besarnya required rate of
returnmerupakan biaya modal (cost of capital) yang harus
dikeluarkan untuk mendapatkan modal tersebut
5.
Sebutkan Teori Kapitalisasi
Teori Kapitalisasi,
terdiri dari :
a. Berdasarkan
pendapatan atau earning, nilai sutau perusahaan dapat ditentukan berdasarkan
pendapatan yang didapatkan setiap tahunnya dikalikan dengan multiplayer
tertentu.
b. Berdasarkan
pengeluaran atau cost, kapitalisasi perusahaan didasarkan pada cost dari fixed
capital yang digunakan dalam suatu perusahaan.
Teori-teori
Kapitalisasi
A.
Teori
Kapitalisasi Berdasarkan Pendapatan (The Earning Theory of
Capitalization)
Nilai suatu perusahaan dapat
ditentukan berdasarkan pendapatan yang didapatkan setiap tahunnya dikalikan
dengan multiplier tertentu. Sebelum menentukan multiplier tersebut harus
ditentukan dulu rate of return atau tingkat pendapatan investasi yang
dikehendaki bagi modal yang akan ditanamkan dalam suatu perusahaan. Dengan
demikian maka kapitalisasi ditentukan oleh dua faktor, yaitu:
1. Berapa pendapatan atau pendapatan
rata-rata yang dapat dihasilkan perusahaan
2. Berapa rate of return yang
layak bagi modal yang diinvestasikan.
B.
Teori
Kapitalisasi Berdasarkan Biaya (The Cost Theory of
Capitalization)
Menurut cost theory, kapitalisasi perusahaan
didasarkan pada cost dari fixed capital yang
digunakan perusahaan, biaya mendirikan perusahaan, jumlah modal kerja yang
dibutuhkan, dll. Jadi kapitalisasi didasarkan pada cost yang
telah dikeluarkan. Makin besar cost-nya makin besar nilai
kapitalisasinya. Tetapi cara ini tidak dapat memberikan basis yang kuat karena
apabila ada fixed assets menganggur, menjadi usang atau kurang
efisien penggunaannya, maka earning akan turun dan perusahaan
tidak dapat membayar fair return dari modal yang diinvestasikan,
dan ini akan menimbulkanovercapitalization.
6.
Hubungan Antara Kapitalisasi dan Struktur Modal
Charles W. Gerstenberg menyatakan
bahwa kapitalisasi seringkali digunakan untuk menunjukkan jumlah “securities”
yang beredar (outstanding) di dalam bentuknya modal saham (capital
stock) dan obligasi (long-term bonds). Untuk maksud-maksud
atau tujuan praktis, kapitalisasi sering diartikan juga sebagai jumlah
nilai accountingkeseluruhan modal yang selalu atau secara tetap
digunakan dalam perusahaan,dan modal terebut dalam bentuk modal saham, surplus
dan utang jangka panjang.
Menurut Keputusan Menteri
Keuangan NOMOR : 01/KM.12/2001 yang dimaksud dengan
Kapitalisasi adalah penentuan nilai pembukuan terhadap semua pengeluaran untuk
memperoleh aset tetap hingga siap pakai, untuk meningkatkan
kapasitas/efisiensi, dan atau memperpanjang umur teknisnya dalam rangka menambah
nilai-nilai aset tersebut.
Dengan demikian maka kapitalisasi
meliputi:
1. Modal sendiri, yang
terdiri dari modal saham dan surplus dalam segala bentuknya.
2. Modal
asing, yang terdiri dari obligasi atau utang jangka panjang lain yang serupa.
Struktur modal adalah perimbangan atau perbandingan hutang
jangka panjang dengan modal sendiri ( Riyanto, 2001 ). Struktur modal merupakan
cermin dari kebijaksanaan perusahaan dalam menentukan jenis sekuritas yang
dikeluarkan, karena masalah struktur modal adalah erat hubungannya dengan
masalah kapitalisasi, dimana disusun dari jenis-jenis funds yang membentuk
kapitalisasi adalah struktur modalnya. Keputusan struktur modal berkaitan
dengan pemilihan sumber dana baik yang berasal dari dalam maupun dari luar,
sangat mempengaruhi nilai perusahaan. Sumber dana perusahaan dari internal
berasal dari laba ditahan dan depresiasi. Dana yang diperoleh dari sumber
eksternal adalah dana yang berasal dari para kreditur dan pemilik perusahaan.
Pemenuhan kebutuhan dana yang berasal dari kreditur merupakan utang bagi
perusahaan. Dana yang diperoleh dari para pemilik merupakan modal sendiri.
Kebijakan mengenai struktur modal melibatkan trade off antara
risiko dan tingkat pengembalian. Penambahan utang akan memperbesar risiko
perusahaan tetapi sekaligus juga memperbesar tingkat pengembalian yang
diharapkan. Risiko yang makin tinggi akibat membesarnya utang cenderung
menurunkan harga saham, tetapi meningkatkan tingkat pengembalian yang
diharapkan akan menaikkan harga saham tersebut. Sruktur modal yang optimal
adalah struktur modal yang mengoptimalkan kesimbangan antara risiko dan
pengembalian sehingga memaksimumkan harga saham ( Brigham dan Houston, 2001).
·
Over dan Under
Capitalization
o
Perusahaan overcapitalization apabila:
a)
Earning-nya tidak cukup untuk
mendapatkan fair return dari jumlah modal yang diinvestasikan,
atau average rate of return jauh dibawah fair rate of
return-nya.
b)
Jumlah securities yang
ada dalam peredaran lebih besar daripada nilai riilassets.
o
Perusahaan under-overcapitalization apabila:
a) Average rate of return dari perusahaanjauh lebih
tinggi disbanding rate of return dari modal yang diinvestasikan
dalam perusahaan, atau average rate of return berada jauh di
atas fair rate of return.
b) Jumlah nilai securities yang
tercantum dalam neraca jauh lebih kecil daripada nilai riil assets.
4. Teori-teori
Struktur Modal
a) Agency
Theory
Teori ini dikemukakan oleh Michael C. Jensen dan William H.
Meckling pada tahun 1976 (Horne dan Wachowicz, 1998 dalam Saidi, 2004) ,yang
menyebutkan bahwa manajemen merupakan agen dari pemegang saham, sebagai pemilik
perusahaan. Para pemegang saham berharap agen akan bertindak atas kepentingan
mereka sehingga mendelegasikan wewenang kepada agen. Biaya yang ditimbulkan
dari pengawasan yang dilakukan oleh manajemen disebut biaya agensi. Biaya
agensi menurut Horne dan Wachowicz dalam Saidi (2004) adalah biaya-biaya yang
berhubungan dengan pengawasan manajemen untuk menyakinkan bahwa manajemen
bertindak konsisten sesuai dengan perjanjian kontraktual perusahaan dengan
kreditur dan pemegang saham.
b) Signaling Theory
Isyarat atau signal menurut Brigham dan Houston (2001)
adalah suatu tindakan yang diambil manajemen perusahaan yang memberi petunjuk
bagi investor tentang bagaimana manajemen memandang prospek perusahaan.
Perusahaan dengan prospek yang menguntungkan akan mencoba menghindari penjualan
saham dan mengusahakan setiap modal baru yang diperlukan dengan cara-cara lain,
termasuk penggunaan utang yang melebihi target struktur modal yang normal.
Pengumuman emisi saham oleh suatu perusahaan merupakan suatu isyarat (signal)
bahwa manajemen memandang prospek perusahaan suram. Apabila suatu perusahaan
menawarkan penjualan saham baru lebih sering dari biasanya, maka harga sahamnya
akan menurun, karena menerbitkan saham baru berarti memberikan isyarat negatif
yang kemudian dapat menekan harga saham sekalipun prospek perusahaan cerah.
c) Pecking
Order Theory
Pecking order theory mengasumsikan bahwa perusahan bertujuan
untuk memaksimumkan kesejahteraan pemegang saham. Perusahaan berusaha
menerbitkan sekuritas pertama dari internal, retained earning,
kemudian utang berisiko rendah dan terakhir ekuitas (Myers, 1984 dalam Perminas
Pangeran, 2004). Pecking order theorymemprediksi bahwa pendanaan
utang eksternal didasarkan pada defisit pendanaan internal.
Model pecking order theory memfokuskan pada
motivasi manejer korporat, bukan pada prinsip-prinsip penilaian pasar
modal. Pecking order theory mencerminkan persoalan yang
diciptakan oleh asimetrik informasi. Dasar pemikirannya didasarkan pada
penjelasan berikut ini, (Meyers, 1984 dalam Perminas Pangeran, 2004) :
1.
Para
manejer mengetahui lebih banyak tentang perusahaan daripada investor luar,
namun mereka enggan untuk menerbitkan saham ketika percaya saham mereka adalah
undervalued.
2.
Investor
memahami bahwa para manajer mengetahui lebih banyak dan mereka mencoba
menerbitkan sesuai waktu yang tepat.
3.
Para
manejer menginterpresentasikan keputusan untuk menerbitkan ekuitas sebagai bad
news, dan perusahaan dapat menerbitkan ekiutas hanya pada harga diskon.
4.
Perusahaan
yang bekerja berdasarkan filosofi pecking order theory dan membutuhkan ekuitas
eksternal kemungkinan tidak akan memanfaatkan kesempatan investasi yang baik,
karena saham tidak dapat dijual pada “fair Price”.
Menurut Myers (1996) dalam Saidi
(2004) perusahaan lebih menyukai penggunaan pendanaan dari modal internal,
yakni dana yang berasal dari aliran kas, laba ditahan dan depresiasi. Urutan
penggunaan sumber dana dengan mengacu packing order theory adalah internal fund (dana
internal), debt (utang), dan equity (modal
sendiri) (Kaaro, 2003).
d) Trade
Off Theory
Konsep trade off dalam balancing
theory adalah menyeimbangkan manfaat dan biaya dari penggunaan utang
dalam struktur modal sehingga disebut pula sebagai trade off theory (Brigham
et al, 1999 dalam Kaaro, 2003). Berdasarkan teori Modigliani dan Miller (1996)
dalam Adler Haymans Manurung (2004), semakin besar utang yang digunakan,
semakin tinggi nilai perusahaan. Model Modigliani dan Miller mengabaikan faktor
biaya kebangkrutan dan biaya keagenan. Struktur modal yang optimal dapat
ditemukan dengan menyeimbangkan antara keuntungan penggunaan utang dengan biaya
kebangkrutan dan biaya keagenan yang disebut model trade off (
Myers, 1984 dalam Perminas Pangeran, 2004).
Perusahaan mendasarkan keputusan pendanaan pada struktur
modal yang optimal. Struktur modal optimal dibentuk dengan menyeimbangkan
manfaat dari penghematan pajak atas penggunaan utang terhadap biaya
kebangkrutan. Penggunaan utang mengakibatkan peningkatan EBIT yang mengalir ke
investor, jadi semakin besar utang perusahaan, semakin tinggi nilainya dan
harga saham perusahaan. Berdasarkan makalah Modigliani-Miller dengan pajak,
harga saham perusahaann akan dimaksimumkan jika menggunakan utang 100 persen.
Dalam kenyatannya, jarang ada perusahaan yang menggunakan utang 100 persen
karena perusahaan membatasi penggunaan utang untuk menekan biaya-biaya yang
berkaitan dengan kebangkrutan (Brigham dan Houston, 2001).
Menurut Maness (1988), ada beberapa faktor yang mempengaruhi
penentuan struktur modal yang optimal, yaitu :
1) Stabilitas Penjualan
Perusahaan dengan penjualan yang relatif stabil dapat lebih
aman memperoleh lebih banyak pinjaman dan menanggung beban tetap yang lebih
tinggi dibandingkan dengan perusahaan yang penjualannya tidak stabil.
2) Operating Leverage
Perusahaan yang mengurangi leverage operasinya
lebih mampu untuk menaikkan penggunaan leverage keuangan (
hutang ).
3) Corporate Taxes
Karena bunga tax-deductable, ada sebuah
keuntungan jika menggunakan hutang. Marginal tax rate perusahaan yang lebih
tinggi, maka keuntungan menggunakan hutang akan lebih tinggi, semua yang
lainnya dianggap sama.
4) Kadar resiko dari
aktiva
Tingkat atau kadar resiko dari setiap aktiva perusahaan
tidak sama. Makin panjang jangka waktu penggunaan suatu aktiva di dalam
perusahaan, makin besar derajat resikonya. Dan perkembangan dan kemajuan
teknologi serta ilmu pengetahuan yang tiada henti, dalam artian ekonomis dapat mempercepat
tidak digunakannya suatu aktiva, meskipun dalam artian teknis masih dapat
digunakan.
5) Lenders dan rating agencies
Jika perusahaan menggunakan hutang semakin berlebih, maka
pihak lenders akan mulai meminta tingkat bunga yang lebih
tinggi dan rating agencies akan mulai menurunkan rating pada
tingkat hutang perusahaan.
6) Internal
cash flow
Tingkat internal cash flow yang lebih
tinggi dan lebih stabil dapat menjastifikasi sebuah tingkat leverage lebih
stabil.
7) Pengendalian
Banyak perusahaan sekarang meningkatkan tingkat hutangnya
dan memulai dengan menerbitkan hutang baru hingga repurchase
outstanding commonstock. Tujuan dari peningkatan hutang tersebut adalah
untuk mendapatkan return yang lebih tinggi., sedangkan pembelian kembali saham
bertujuan untuk lebih meningkatkan tingkat pengendalian.
8) Kondisi ekonomi
Kondisi ekonomi seperti sekarang ini dan juga kondisi pada
pasar keuangan dapat mempengaruhi keputusan struktur modal. Ketika tingkat suku
bunga tinggi, mungkin keputusan pendanaan lebih mengarah pada short-term
debt, dan akan dilakukanrefinance dengan long-term debt atau equity jika
kondisi pasar memungkinkan.
9) Preferensi pihak
manajemen
Preferensi manajemen terhadap resiko dan gaya manajemen
mempunyai peran dalam hubungannya dengan kombinasi debt-equity perusahaan
pada struktur modalnya.
10) Debt
covenant
Uang yang dipinjam dari sebuah bank dan juga penerbitan
surat hutang dan terwujud melalui serangkaian kesepakatan (debt covenant).
11) Agency cost
Agency cost adalah sebuah biaya yang diturunkan guna memonitor
kegiatan pihak manajemen untuk menjamin bahwa kegiatan mereka selaras dengan
persetujuan antara manajer, kreditur dan juga para shareholders.
12) Profitabilitas
Perusahaan
dengan profitabilitas yang tinggi, dan penggunaan internal financing yang
lebih besar dapat menurunkan penggunaan hutang (rasio hutang).
Struktur Modal yang Optimum
Apabila suatu perusahaan dalam
memenuhi kebutuhan dananya mengutamakan pemenuhan dengan sumber dari dalam
perusahaan akan sangat mengurangi ketergantungannya kepada pihak luar. Biaya
penggunaan dana yang berasal dari saham baru ( cost of new common stock) adalah
yang paling mahal di bandingkan dengan sumber-sumber dana lainnya.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Struktur Modal
Struktur modal adalah perimbangan
atau perbandingan antara modal asing (jangka panjang) dengan modal sendiri.
Masalah struktur modal merupakan masalah yang penting bagi setiap perusahaan.
Karena baik buruknya struktur modalnya akan mempunyai efek yang langsung
terhadap posisi finansiil perusahaan.
Struktur modal suatu perusahaan di
pengaruhi oleh banyak faktor dimana faktor-faktor utama ialah:
1. Tingkat Bunga
Tingkat bunga akan mempengaruhi pemilihan jenis modal apa
yang akan di tarik, apakah perusahaan akan mengeluarkan saham atau obligasi.
2. Stabilitas dan “Earning”
Suatu perusahaan mempunyai Earning yang
stabil akan selalu dapat memenuhi kewajiban finasilnya sebagai akibat dari
penggunaan modal asing. Sebaliknya perusahaan yang mempunyai earning tidak
stabil dan unpredictableakan menanggung resiko tidak dapat membayar
beban bunga atau tidak dapat membayar angsuran-angsuran utangnya pada
tahun-tahun atau keadaan yang buruk.
3. Susunan dari Aktiva
Kebanyakan perusahaan dari industri di mana sebagian besar
dari modalnya tertanam dari aktiva tetap (fiksed Assets), akan mengutamakan
pemenuhan kebutuhan modalnya dari modal yang permanen, yaitu dari modal
sendiri, sedangkan modal asing sufatnya sebagai pelengkap.
4. Kadar Resiko dari Aktiva
Tingkat atau kadar resiko dari setiap aktiva di dalam
perusahaan adalah tidak sama. Makin panjang jangka waktu penggunaan suatu
aktiva di dalam perusahaan, makin besar derajat resikonya.
5. Besarnya Jumlah Modal
yang Dibutuhkan
Besarnya
jumlah modal yang dibutuhkan juga mempunyai pengaruh terhadap jenis modal yang
akan di tarik.
6. Keadaan Pasar Modal
Keadaan pasar modal sering mengalami perubahaan disebabkan
karena adanya gelombang konjungtor. Pada umumnya apabila gelombang meninggi
(up-swing) para investor lebih tertarik untuk menanamkan modalnya dalam saham.
7. Sifat Manajemen
Sifat manajemen akan mempenyai pengaruh yang langsung dalam
pengambilan keputusan mengenai cara pemenuhan kebutuhan dana.
8. Besarnya Suatu
Perusahaan
Suatu perusahaan yang besar dimana sahamnya terbesar sangat
luas, setiap perluasan modal saham hanya akan mempunyai pengaruh yang kecil
terhadap kemungkinan hilangnyaatau tergesernya control dari pihak dominan
terhadap perusahaan yang bersangkutan. Sebaliknya perusahaan yang kecil di mana
sahamnya hanya tersebar di linkungan kecil, penambahan jumlah saham akan
mempunyai pengaruh yang besar terhadap terhadap kemungkinan
hilangnya kontrol pihak dominan terhadap perusahaan yang bersangkutan
7.
Sumber-sumber
Dana untuk Jangka Panjang, terdiri dari :
a. Hipotik,
pinjaman jangka panjang yang dijamin dengan aset tetap yang memerlukan
pembayaran secara berkala. Hipotik dapat diterbitkan untuk mendanai pembelian
aset tetap, pembelian pabrik atau peralatan-peralatan pabrik.
b. Obligasi,
sertifikat yang menunjukkan bahwa perusahaan meminjam uang dan menyetujui untuk
membayarnya kembali dalam jangka waktu yang panjang. Suatu perjanjian tertulis,
yang dinamakan indenture, menjelaskan ciri-ciri obligasi yang diterbitkan
(misalnya tanggal pembayaran, harga penebusan bila penerbit memutuskan menebus
kembali).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar